Jumat, 19 April 2013

 gadisku!  semoga kamu akan selalu baik-baik saja, karna kamu masih terus saja berlarian di pikiranku, menuangkan berbagai cat warna-warni bermerek ‘bahagia’ di hatiku. 
Kamu masih saja sibuk menuliskan kisah-kisah indah di buku kehidupanku. 
Aaahhh, aku tak bisa membayangkan jika kamu

sakit. 
Apa jadinya aku jika kamu berhenti berlarian di pikiranku? Berhenti bermain dengan cat ‘bahagia’ di hatiku? Dan berhenti menulis? Aku tak ingin kamu lenyap dari pikiranku, hatiku, dan hidupku.
pujaan hatiku, Pelukis Lengkungan Indah Penuh Makna
aku tau aku tak pernah ada Ketika kamu terlalu lelah untuk merasakan rindu yang selalu datang mengetuk hatimu dan aku tak kuasa menawarkan rasa rindumu, ketika kamu merasa sunyi dan aku tak mampu menyajikan nyanyian indah sekadar untuk meramaikan hatimu, ketika kamu merasa sakit dan aku  tak sempat mejadi perawat dengan obat peredam nyerimu.
Oleh karenanya, izinkan aku menitipkan jutaan cinta dan rindu yang aku punya di ujung jemariku. Biarkanlah ia meracik barisan mantra untuk memujamu. Aku memujamu, gadisku. Kamulah sosok yang mendetakkan jantungku, wanita yang menggetarkan nadi dalam hatiku, Kamulah sosok yang bersemayam di khayalku, sosok yang mengisi ruang-ruang kosong di sela-sela jemariku, Kamulah yang menyelipkan rindu di saku jiwaku. iyaaa itu kamu. gadisku, kamu harus tahu aku telah mencintaimu tanpa sisa. Hatiku, telah aku ubah menjadi dermaga cintamu. Seberapa jauh kau pergi, inilah dermagamu, kau harus kembali ke sini, ke hatiku, ke dermaga cintamu.

by: ayah Wafa Napeesa Haryadi